Bagaimana
kabar Sahabat Depp Holmes’s story saat ini? Pada tulisan kali ini saya akan
membahas bahasa yang digunakan oleh media massa pasca pilpres 2014. Namun,
tulisan ini tidak akan membahas masalah politik, dan segala macam halnya, ya
walaupun akan sedikit bersinggungan tentang hal itu. Saya akan tegaskan bahwa
maksud dari tulisan ini bukan untuk apa-apa. Semata-mata hanya tulisan seorang
anak bahasa yang sedikit risih mendengar frasa yang digunakan di media massa
untuk memberitakan ihwal perpolitikan di Indonesia saat ini. Langsung saja ya.
“Salam tiga jari, persatuan
Indonesia.” Itulah yang dikatakan Bapak Jokowi, presiden terpilih kita, selepas
dirinya ditetapkan sebagai presiden terpilih Indonesia periode 2014-2019. Hendaklah
setelah pilpres 2014 ini berlalu, mari kita saatnya menatap masa depan
Indonesia. Jangan habiskan energi kita untuk terus berkutat soal pilpres 2014.
Mari kita persatukan Indonesia ini, bangun bangsa ini, agar menjadi negara yang
maju dan bermartabat.
Jika kita melihat di televisi,
khusunya program news kita akan
menjumpai berita-berita atau kondisi perpolitikan Indonesia pasca pilpres 2014.
Jika kita cermati mendalam, bahasa-bahasa yang digunakan dalam pemberitaan
tersebut, kita akan menemukan dua buah singkatan baru. Singkatan itu adalah KIH
dan KMP, singkatan ini berasal dari frasa Koalisi Indonesia Hebat dan Koalisi
Merah Putih. Iya tidak? Pasti Iya. Di sini saya akan menganggap kalian sudah
paham tentang apa itu KIH dan KMP, jadi saya tidak akan membahas mengenai hal
itu. Kalau belum tau silakan searching sendiri
di google yaa...
Di sini saya hanya akan membahas
penggunaan dua buah singkatan itu di beberapa media massa, khususnya televisi.
Dari pengamatan saya, sebagian besar
media masa menggunakan dua buah frasa atau singkatan di atas untuk menyebut
masing-masing kubu yang saat ini berkuasa di perpolitikan Indoneisia. Silakan
coba dicek, anda bisa cek secara sederhana, yaitu dengan melihat program news di tiap-tiap televisi. Lalu adakah
perbedaan di antara media tersebut. Ya memang berbeda, karena setiap media
memiliki bahasanya masing-masing sesuai ciri khas dan kebutuhannya. Dalam ilmu
bahasa pun ini dijelaskan, bahwa setiap bidang tertentu memiliki bahasanya
masing-masing. Namun ada yang membuat telinga ini risih.
Sepengamatan saya—semoga hanya
sebatas pemilihan diksi untuk menarik perhatian saja, bukan maksud yang lain—ada
salah satu media masa yang kadang menggunakan frasa berbeda untuk menyebut dua
buah kubu yang menguasai perpolitikan di Indonesia. (Saya tidak akan menyebut
media itu di sini, tapi silakan cermati sendiri di televisi kalian, pasti akan
menemukannya). Kita tahu kebanyakan media massa menyebut dua kubu yang ada di
perpolitikan Indonesia saat ini dengan sebutan Koalisi Indonesia Hebat (KIH)
dan Koalisi Merah Putih (KMP). Namun,
media ini justru memilih diksi lain untuk menyebut KIH dan KMP. Media massa ini, kadang-kadang,
atau bahkan sering menggunakan sebutan “Koalisi Pendukung Jokowi” dan “Koalisi
Pendukung Prabowo” untuk menyebut dua buah kubu tersebut.
Ya memang tidak ada salahnya, karena
itu merupakan kreativitas dan cirikhas tiap-tiap media. Tetapi menurut saya dua
buah frasa yang digunakan ini memiliki nilai yang lebih negatif dibanding frasa
yang kebanyakan digunakan oleh media lain. Mengapa? Hal ini bagi saya memiliki
kesan bahwa pilpres ini belum selesai, padahal sesungguhnya sudah. Seolah-olah
masih ingin mengajak masyarakat untuk kembali berkutat pada masalah dukung
mendukung capres. Menurut saya ada maksud lain yang ingin dibangun dari
pemilihan diksi ini. Maksud apa itu? Silakan kalian terka sendiri! Ya namun, ini
hanya pendapat saya saja, semoga saya yang salah.
Sejatinya marilah kita ini harus
segera move on dari yang namanya
pilpres 2014, kita bangun persatuan Indonesia. Seperti yang dikatakan Bapak
Jokowi, “salam tiga jari, persatuan Indonesia.” Saat ini ya yang harusnya kita
dukung adalah segenap bangsa Indonesia yang mau turun tangan (pinjam istilahnya
Anies Baswedan, red). Bukan soal dukung-mendukung yang lain, apalagi dukung
mendukung capres 2014 yang lalu, saya tegaskan lagi bahwa itu sudah berakhir!
Tabik!
Bantul,
08 Oktober 2014.