Laman

Saturday, March 9, 2019

Traveling Jogja Semarang Murah Meriah

Hai, sahabat Depp Holmes’s Story, kali ini aku ingin berbagi cerita tentang perjalanan singkat liburan Jogja-Semarang. Entah mengapa, akhir-akhir ini aku sangat tertarik dengan yang namannya traveling. Ya, bisa dikatakan masih pemula untuk kelas traveler sejati hehe. Pernah terpikir sepertinya menjadi seorang traveler dan kemudian me-review-nya itu salah satu kegiatan yang menyenangkan. Baiklah akan aku mulai langkah itu dengan berbagi pengalaman liburan singkat Jogja-Semarang.
            Perjalanan Jogja – Semarang ini berawal dari chating dengan teman organisasi semasa kuliah dulu yang sekarang tinggal dan bekerja di Semarang, namanya Mbk Rindu. Dari obrolan bercandaan di WA, akhirnya berhasil membawaku untuk mengunjungi Semarang. Dulu semasa SMA pernah sekali ke Semarang, tapi waktu itu bersama rombongan dan pastinya di dampingi tour leader. Tapi kali ini sendiri, ya menjadi seorang treveler pemula.
            Niat ke Semarang itu kemudian aku sampaikan pada Ibundaku. Humm. Awalnya rada ragu Ibuku mengizinkan aku pergi-pergi sendiri. Ya, karena memang dalam riwayatnya aku ini jarang dan bahkan tidak pernah melakukan perjalanan ke luar kota sendirian. Tapi dengan bujuk rayu yang meyakinkan bahwa ankanya ini sekarang sudah dewasa, bukan anak-anak lagi akhirnya beliau mengizinkan. Tapi bagaimananya seorang Ibu terhadap anaknya, walaupun sudah dewasa, tetap saja seorang anak masih dianggapnya anaknya yang dulu sejak kecil di timang dan di gendong hehehe. Beliau dengan runtutnya menyampaikan wanti-wanti perjalananku kali ini, ya taulah bagaimana khawatirnya seorang Ibu terhadap anak lak-laki satu-satunya. I love u, Mom.

Tuesday, March 21, 2017

PENJARA SUCI

Aku mengenalmu dari seorang kanak yang merengek.
Aku mengenalmu di setiap suara dan tinta yang beradu.
Aku mengenalmu pada lantunan ayat yang khidmat.
Aku jauh mengenalmu dari mimpi-mimpi yang terucap.

Karenamu aku belajar mengasihi
Karenamu aku belajar cara berbagi
Karenamu aku  belajar
belajar meneladani

Di setiap sendok yang beradu dengan piring
Di setiap guyuran air pada tubuh
Di setiap reyotan ranjang yang berdecit
Pada setiap tingkah laku selalu ada pelajaran

Penjara suci, padamu setiap jiwa yang berada
akan menjadi benih-benih kehidupan yang berarti
Penjara suci, padamu setiap jiwa yang berada
akan menjadi penyambung dakwah pewaris para nabi


Ruang kelas 7 putra, Kanggotan, 21 Maret 2017

Monday, December 26, 2016

Merindu



            Matahari sore membawaku untuk kembali menengok halaman ini. Tempat yang sudah lama tak kusentuh.  Ibarat halaman rumah, mungkin sudah banyak daunan yang rapuh berserakan. Tiga bulan yang lalu, post terakhir yang aku jejakkan di halaman ini. Cerita tentang pengalaman menjadi seorang pendidik.
            Hampir satu tahun selepas diwisuda dari Universitas Negeri Yogyakarta bulan Februari 2016 yang lalu, bahkan jika dihitung dari yudisium, hari ini sudah lebih dari satu tahun. Rasa rindu untuk kembali ke bangku perkuliahan mulai muncul. Kalau kata teman, jangan takut untuk merindu. Merindukan hal-hal yang dulu dialami ketika menempuh studi, pagi siang malam dengan segala aktivitas yang akan selalu membekas. Tapi rasanya untuk kembali melanjutkan studi  masih ada banyak alasan yang perlu dipertimbangkan. Keinginan untuk melanjutkan studi pun harus dikesampingkan dulu.
            Diriku hari ini adalah manifestasi dari perjalananku di masa lalu. Takdir Allah lah yang telah membawaku melalui berbagai macam kisah hingga pada akhirnya aku mengenal mereka;




            Mei 2016, bunyi sepatu pantofel mengiringi langkahku memasuki sebuah kelas. Kelas 7 putra angkatan kedua MBS Pleret, masih ku ingat saat itu hari pertamaku mengajar. Hari pertama aku berjumpa dengan murid-muridku, aku memulai hari itu dengan berkisah tentang mimpi dan cita-cita. Ketika mendengar impian mereka lantunan doa terucap dari bibir ini, semoga kelak kalian dapat meraihnya, Nak. Tak bisa kubayangkan bagaimana rasaanya pernah mengantarkan kalian menuju impian-impianmu, bukan hanya kelas itu saja, tapi kalian semua.
            Menjadi bagian dari perjalanan sekolah rintisan memang sangat berat. Tapi aku percaya dan yakin lima hingga sepuluh tahun kedepan buah manis dari usaha dan doa ini akan kami petik bersama-sama.
            Kini, amanah telah dipercayakan padaku, menjadi wali kelas 7 putra angkatan ketiga MBS Pleret. Menjadi bapak dari dua puluh dua anak, menjadi tempat curhat dari berbagai macam gundah gelisah. Dari mereka— anak-anak saleh penghafal Quran— aku dapat belajar banyak hal.
            Terkadang rasa sedih muncul dalam dada ini, tatkala mendengar ada di antara mereka yang sudah mengalami persoalan berat yang bahkan aku tak yakin, jika aku yang mengalaminya, aku dapat melaluinya. Di seusia mereka, aku dulu masih asyik bermain. Tapi anak-anak ini memilih jalan lain dengan berjuang di jalan Allah, jauh dari keluarga. Humm. Sungguh kalian semua hebat-hebat, Nak. Aku beruntung bisa mengenal kalian.
            Kelak, ketika kalian telah lulus dari pesantren ini, jangan takut untuk merindu. Merindukan segala macam hal yang telah kalian alami di bangku studi. Begitu juga dengan diri ini, entah seberapa banyak santri yang telah lulus kelak, semoga Allah tetap menjaga rasa rindu itu, agar selalu ingat satu per satu dari kalian. Teruslah berjuang dan raihlah mimpimu.
Bantul, 24 Desember 2016

Monday, September 12, 2016

Menjadi Pendidik



            Dalam hening malam, di sudut kamar berjendela kayu tua, aku kembali mengusik deretan huruf di laptopku. Sudah lama rasanya tidak menggoreskan kata-kata untuk mengisi halaman blog ini. Mungkinkah sudah berdebu? Ah, mana mungkin? Inikan bukan buku catatan yang teronggok di rak buku, sudut kamar. Tapi ini adalah memori-memori yang tersimpan rapi dalam kecanggihan teknologi masa kini.
            Sudah berapa lama bukan kanak lagi? Ya, seperti dalam salah satu sajak milik Chairil Anwar inilah pertanyaan yang terngiang di dalam pikiranku. Sudah berapa lama bukan kanak lagi? Sudah berapa lama lulus dari bangku studi? Sudah berapa lama menjalani kehidupan yang sesungguhnya. Kalau kata seorang kawan, ya inilah rimba kehidupan. Di mana banyak orang berebut tuk mencari sesuap pangan. Jika tak pandai-pandai berusaha dan bersyukur tentu akan terombang-ambing dalam keputusasaan. Inilah ujian sebenarnya, dari apa yang didapat selama bangku perkuliahan.
            Inilah perjalanan baruku menjadi seorang pendidik tuk mencerdaskan generasi penerus bangsa.
            Muhammadiyah Boarding School Pleret Yogyakarta atau biasa disingkat MBS Pleret, inilah tempat dimana aku menapakkan kaki menuju perjalanan kehidupanku selanjutnya. Ya, selepas dari bangku perkuliahan, Alhamdulillah akhirnya aku mendapatkan pekerjaan di MBS Pleret.
            MBS Pleret merupakan sebuah pondok pesantren modern. Humm pesantren? Wow sangat baru bagiku. Tapi aku yakin inilah takdir terbaik yang telah ditetapkan Allah SWT untukku. Inilah salah satu cara Allah membimbingku tuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.
            Banyak sekali pengalaman dan pelajaran yang aku dapatkan di MBS Pleret. Mulai dari senang, sedih, lucu hingga marah. Ketika suatu ketika suasana hati sedang sedang bermasalah, akan berubah seketika saat melihat tingkah polah anak-anak di sekolah, lucu tapi terkadang ada juga yang membuat tambah jengkel. Tapi tak apa, “rengekan” mereka itu ibarat anak kecil yang sedang jauh dari Ibunya. Ya, karena mereka memang tinggal di asrama yang jauh dari orang tua. Ada yang dari Jawa, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, dan banyak lagi. Bisa dibilang Indonesia mini. Merekalah calon-calon ulama, aamiin. Semoga kelak jadi orang-orang hebat ya, Nak!
            Tingkah polah kalianlah yang terkadang saya rindukan saat masa libur sekolah terlalu lama.
Bantul 12 September 2016


 
Santri MBS Pleret Bantul D.I Yogyakarta 
saat Kemah Bakti Hizbul Wathan