Laman

Monday, March 23, 2015

Inkonsistensi pada Bahasa Indonesia

Tiba-tiba ingin menulis tentang topik ini. Masalah ini mungkin sudah banyak dibahas oleh banyak ahli bahasa, tapi kok tiba-tiba setelah melihat berita di tv tentang ISIS akhir-akhir ini jadi ingin menulis ya. Hal lainnya juga karena topik tentang bentuk bahasa ini juga sedang saya teliti dalam skripsi saya. Baiklah.

Berita tentang ISIS atau Islamic State of Irak and Syria sedang menjadi headline di media-media tanah air. Hal ini dikarenakan pasca menghilangnya puluhan WNI di Turki yang diduga bergabung dengan kelompok radikal ini. Tapi saya tidak akan membahas tentang apa dan siapa ISIS itu. Tentu teman-teman mungkin sudah mengetahuinya. Saya akan membahas hal yang lain.

Sebelum masuk kepada hal yg akan saya bahas ada beberapa hal yg patut diketahui. Dalam bahasa Indonesia dikenal apa namanya pembentukan kata, yang salah satunya adalah Abreviasi (baik akronim maupun singkatan). Keduanya memiliki prinsip yang sama, yaitu pemendekan dari bentuk majemuk menjadi sebuah bentuk baru. Namun perlu diingat tetap ada
perbedaan di antara keduanya.

Baiklah sekarang kita masuk pada pembahasan. Berita tentang ISIS ini juga saya ikuti akhir-akhir ini, ada satu hal yg patut diperhatikan, yaitu pelafalan. Pelafalan atau penyebutan ISIS (i si i s) oleh penyiar menjadi menarik, hal ini karena penyebutannya disetiap media ada perbedaan. Coba perhatikan dan bandingkan kalau pas lagi menonton berita antara tv satu dan tv lainnya.

Jika kita merujuk pada dasar dari terbentuknya kata itu yg berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris ISIS (Islamic State of Irak and Syria) maka pelafalannya alangkah baiknya tetap menggunakan asal kata bahasa itu, seperti pada LPG (El Pi Ji) (Liquefied Petroleum Gas). Kasus ISIS ini mengingatkan saya seperti padahalnya UII (Universitas Islam Indonesia) yang justru bahasa Indonesia tetapi pelafalanya campur-campur. Jika ingin tetap konsisten kan harusnya (Yu Ai Ai) bukan (Yu I I), tetapi kembali lagi kepada asal bahasa itu seharusya ya (u i i). Kalau mau lebih baik lagi kita bisa mencontoh pada ATM yang aslinya berasal dari Automatic Teller Machine, kemudian oleh kebanyakan orang dicari padanan bahasa Indoneisa agar tetap sama yaitu Anjungan Tunai Mandiri sehingga pelafalannya tetap (A Te eM).

Ya begitulah masyarakat Indonesia. Tidak mencari pembenaran, tapi alangkah baiknya jika kita tetap bisa bijak dalam berbahasa. Tabik!

Bantul, 23 Maret 2015