Laman

Tuesday, June 16, 2015

Ketetapan Untuk Manusia




        Semua yang manusia jalani di dunia ini sudah ditetapkan Allah; nafas, hidup dan segalanya. Semua berjalan dalam kehendakNya. Tinggal bagaimana manusia mampu menerima takdir yang telah ditetapkan untuknya, apakah ia ridho atau justru ingkar.
            Manusia, manusia, manusia. Sudah menjadi fitrah manusia bahwa ia selalu saja merasa kurang, kurang, dan kurang atas apa yang ditetapkan untuknya. Sedikit sekali syukur yang terucap dari mulutnya. Lalu? Apakah seterusnya akan seperti itu? Tidak! Tinggal bagaimana manusia itu mampu mengambil hikmah dari apa yang telah ditetapkan untuknya, untuk mengubah dirinya menjadi manusia yang baru. Manusia yang berpikir ke depan, manusia yang tak patah semangat, manusia yang selalu optimis, sampai ia disuruh berhenti olehNya: “Cukup!” Itulah saat Ia menjumpaiNya dan mendapatkan RahmatNya!
            Semua itu tidak berlaku bagi manusia yang masih saja menginginkan masa lalunya bisa di ulang. Tak berlaku bagi manusia yang selalu menyalahkan keadaan. Tak berlaku bagi manusia yang pesimis. Tak berlaku bagi manusia yang putus asa dengan rahmatNya. Maka, tidak ada perbuatan yang lebih mulia dibandingkan dengan ridho dan optimis terhadap ketetapanNya. Senantiasa memiliki rasa harap atas rahmatNya dan takut atas murkaNya. Bukan meminta ubahlah takdirku, tapi kuatkan aku untuk menjalani takdir yang Engkau tetapkan untuku.
            Untuk semua yang pernah aku lakukan, untuk semua yang pernah aku jejakkan di atas takdir yang telah Dia tetapkan. Aku tidak bisa mengulang dan mengubahnya. Dahulu aku ingin mengulang dan mengubah itu semua. Tapi sekarang aku memilih bijaksana untuk mengubah diriku ke depan.
            Ketika aku memilih jalan itu, aku sadar akan banyak jalan terjal dan bahkan ada air mata yang keluar. Tapi aku yakin air mata itu tak abadi, bahwa ia akan terganti. Setiap ada luka yang akan kujumpai ke depan aku mencoba tersenyum. Bila tawa yang datang aku mencoba untuk bersabar dan bersyukur. Bila yang akan aku hadapi ke depan hanya kehampaan, itu lah pertanda rindu PadaNya. Dan tidak ada rindu yang lebih indah daripada rindu padaNya.

Wednesday, June 10, 2015

Di Persimpangan Hidup




Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."  (QS 01 : 30)

            Ketika di persimpangan hidup manusia kembali mengingat Tuhannya. Ia mengingat Tuhannya karena dia sadar dia adalah makhluk ciptaan dan pilihanNya.
            Manusia dipilih di antara makhluk ciptaNya yang lain untuk dijadikan khalifah di bumi. Sudah menjadi fitrah manusia bahwa ia akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah. Menciptakan kerusakan di bumi dan kerusakan dalam dirinya sendiri. Menumpahkan darah dan tak lepas dari dosa. Manusia bukan lah malaikat, yang senantiasa bertasbih memuji Sang Pencipta. Tapi Tuhan yang menjadikannya khalifah lebih mengetahui—mengapa Dia memilih manusia untuk menempati bumi ini—apa yang tidak diketahui oleh makhlukNya.


            Ketika di persimpangan hidup manusia dihadapkan beberapa pilihan. Kembali ke belakang, berhenti, atau melangkah ke depan.
            Jika persimpangan itu sebuah jalan, kembali ke belakang adalah sebuah pilihan yang bisa diambil. Tapi jika persimpangan itu waktu, tak mungkin manuisa bisa memilih jalan itu. Hal yang sia-sia jika ia memilih kembali ke belakang.
            Memilih berhenti? Tidak! Karena waktu senantiasa berdetak. Tak mungkin ia berhenti, kecuali maut. Tapi maukah kau berhenti seperti itu saja tanpa ada bekal yang akan kau bawa menghapainya?
            Lalu bagaimana dengan melangkah ke depan? Melangkah ke depan sungguh berat. Sungguh berat. Sungguh berat jika masih membawa masa lalumu dan sesekali kau ingin berhenti. Tapi bagaimana jika ia tetap nekat memilih melangkah ke depan? Lakukanlah, melangkahlah ke depan, lepaskanlah masa lalumu, sesalilah dan jangan berputus asa jika ada yang mengajakmu berhenti dan menyerah. Lawan! Sungguh kau akan mendapatkan yang jauh lebih baik di garis finish. RahmatNya di akhirat.
Bantul, 09 Juni 2015. 22:34 WIB