Laman

Tuesday, February 24, 2015

MARCHING BAND DAN GERAKAN SAMPAH EMAS (GSE)



Hallo Sahabat Depp Holmes’s Story, apa kabar? Bertepatan dengan ulang tahun Muda-Mudi New Sedyo Rukun Dusun Botokenceng (24 Februari), aku ingin berbagi cerita tentang kegiatan yang sedang kami lakukan dua bulan ini. Kami belum menamai nama kegiatan ini, tapi sangat cocok apabila kami menyebut kegiatan ini sebagai Gerakkan Sampah Emas (GSE). Apa itu GSE? Mari simak cerita berikut ini.
            Kegiatan ini bermula dari keinginan kami (Muda-mudi New Sedyo Rukun) untuk memiliki sebuah kelompok kesenian yang mewadahi para pemuda. Kami para pemuda memiliki tekad yang bulat untuk memiliki sebuah kelompok kesenian, lalu kesenian semacam apa yang kami inginkan? Kami memilih Marching Band sebagai wadah bagi para pemuda untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif demi kemajuan bersama, khususnya di bidang kesenian. Marching Band, unik dan berbeda, hal ini tentu sangat jarang ditemui di kampung-kampung (ada tapi jarang).
            Kami sadar untuk mewujudkan impian kami ini tidak mudah. Berbagai hal tentu harus kami lalui, mulai dari SDM, administrasi, jadwal kegiatan, basecamp, dan tentu materialnya sendiri yaitu seperangkat alat Marcing Band yang tentu tidak murah. Kami harus berpikir keras untuk mencari modal atau dana untuk membangun kelompok kesenian ini. Semoga impian dan ikhtiar kami ini bisa terwujud.
            Bermula dari impian kami bersama itu, Gerakan Sampah Emas (GSE) terbentuk. Kami melihat potensi yang ada di masyarakat untuk semaksimal mungkin bisa membantu mewujudkan mimpi kami. Kami melihat bahwa potensi sampah dan barang bekas yang ada di masyarakat bisa dimanfaatkan. Kami bisa ubah sampah dan barang bekas menjadi rupiah, menjadi barang yang bernilai, dan pantaslah jika kami menyebut itu sebagai emas hehe.
            GSE, akhirnya kami memutuskan untuk memulainya. Berbekal bantuan gerobak sampah dari Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Kabupaten Bantul kami berkeliling di halaman dan rumah-rumah warga untuk “mencari” dan “meminta” secara sukarela sampah dan barang bekas yang ada, istilah kebanyakan orang bilang adalah “nggresek”. 



 Nggresek (berkeliling mencari sampah dan barang bekas)

            Periode pertama alhamdulillah kami bisa mendapatkan hampir dua grobak sampah dan barang bekas, kemudian kami pilah-pilah sampah tersebut untuk kemudian kami simpan dan akan kami gabungkan dengan periode selanjutnya. Berlanjut periode kedua, alhamdulillah kami juga bisa mendapatkan hampir dua gerobak lagi. Setelah terkumpul banyak dari periode pertama dan kedua, kami rasa sudah layak untuk di jual, dan akhirnya kami bisa mendapatkan rupiah yang lumayan dari itu semua. Uang yang terkumpul akan kami tabung dan akan digunakan untuk membangun kelompok kesenian Marching Band impian kami.

Para perempuan memilah-milah sampah
            GSE ini akan tetap berlanjut hinga seterusnya nanti, hingga setelah kelompok kesenian yang kami inginkan itu terbentuk. Bahkan sekarang bebrapa masyarakat sudah mulai mengumpulkan sampah dan barang bekasnya tanpa kami perintahkan, yang biasanya mereka buang begitu saja. Semoga dengan adanya gerakan positif ini, pemuda di Dusun Botokenceng menjadi pemuda yang bisa membangun kampungnya sendiri menjadi kampung yang lebih baik lagi. Kegiatan ini juga menjadi ajang bagi kami para pemuda untuk tidak terjerumus dalam kegiatan negatif yang justru merugikan. Tabik!
Bantul, 24 Februari 2015