Kritik dalam
pengertiannya yang tajam disebut penghakiman. Sebagai sebuah pertimbangan,
kritik bermaksud untuk meninjau kembali hasil proses kreatif sastrawan dengan teks-teks yang telah dihasilkan. Tinjauan
tersebut yaitu postmodernisme yang menyuarakan semangat melawan, semangat
mempertanyakan dan semangat mendekonstruksi. Postmodernisme melihat sebuah
masyarakat yang teratur, rapi, konvensional perlu dipertanyakan kembali
asas-asas keabsahannya. Dalam potsmodernisme, fenomena realis apa pun mesti
dipertanyakan terkait dengan konvensionalitas.
Sejak munculnya
postmodernisme disebut sebagai gerakan di era kapitalisme lanjut, khusunya di
bidang seni pada saat itu, aspek-aspek sentral yang diasosiasikan dengan
postmodernisme dalam seni bertaburan meliputi antara lain pertama, adanya
penghapusan batas antara seni dan kehidupan sehari-hari; kedua ambruknya
pembedaan hierarkis antara kebudayaan populer dan kebudayaan elit; ketiga
ekletisisme stilistik dan empat pencampuran kode.
Aspek yang
pertama adanya penghapusan batas antara seni dan kehidupan sehari-hari yaitu
melihat fenomena sejak zaman klasik. Kita taruh drama—yang sebagai karya
seni—telah mendekonstruksi segala aspek kontinuitas kehidupan sehari-hari.
Seorang perempuan yang memiliki peran sebagai tokoh antagonis atau bertabiat
buruk, jika masuk ke dalam kehidupan sehari-hari wajib dipisahkan. Dalam
karya sastra, misalnya, hilangnya batas-batas yang tegas antara seniman sebagai
pencipta dengan pembaca sebagai penerima, bahkan pengarang dianggap sebagai
anonimitas (tidak ada nama). Dalam karya seni pun telah terjadi pergeseran dari
keseriusan, dari kedalaman ke permukaan, ke permainan. Menurutnya, sehingga
terjadilah sebuah ironi, parodi, interteks, dan pastiche.