Semua yang manusia jalani di dunia
ini sudah ditetapkan Allah; nafas, hidup dan segalanya. Semua berjalan dalam
kehendakNya. Tinggal bagaimana manusia mampu menerima takdir yang telah
ditetapkan untuknya, apakah ia ridho atau justru ingkar.
Manusia, manusia, manusia. Sudah menjadi fitrah manusia
bahwa ia selalu saja merasa kurang, kurang, dan kurang atas apa yang ditetapkan
untuknya. Sedikit sekali syukur yang terucap dari mulutnya. Lalu? Apakah
seterusnya akan seperti itu? Tidak! Tinggal bagaimana manusia itu mampu
mengambil hikmah dari apa yang telah ditetapkan untuknya, untuk mengubah
dirinya menjadi manusia yang baru. Manusia yang berpikir ke depan, manusia yang
tak patah semangat, manusia yang selalu optimis, sampai ia disuruh berhenti olehNya:
“Cukup!” Itulah saat Ia menjumpaiNya dan mendapatkan RahmatNya!
Semua itu tidak berlaku bagi manusia yang masih saja
menginginkan masa lalunya bisa di ulang. Tak berlaku bagi manusia yang selalu
menyalahkan keadaan. Tak berlaku bagi manusia yang pesimis. Tak berlaku bagi
manusia yang putus asa dengan rahmatNya. Maka, tidak ada perbuatan yang lebih
mulia dibandingkan dengan ridho dan optimis terhadap ketetapanNya. Senantiasa
memiliki rasa harap atas rahmatNya dan takut atas murkaNya. Bukan meminta
ubahlah takdirku, tapi kuatkan aku untuk menjalani takdir yang Engkau tetapkan
untuku.
Untuk semua yang pernah aku lakukan, untuk semua yang
pernah aku jejakkan di atas takdir yang telah Dia tetapkan. Aku tidak bisa
mengulang dan mengubahnya. Dahulu aku ingin mengulang dan mengubah itu semua.
Tapi sekarang aku memilih bijaksana untuk mengubah diriku ke depan.
Ketika aku memilih jalan itu, aku sadar akan banyak jalan
terjal dan bahkan ada air mata yang keluar. Tapi aku yakin air mata itu tak
abadi, bahwa ia akan terganti. Setiap ada luka yang akan kujumpai ke depan aku
mencoba tersenyum. Bila tawa yang datang aku mencoba untuk bersabar dan
bersyukur. Bila yang akan aku hadapi ke depan hanya kehampaan, itu lah pertanda
rindu PadaNya. Dan tidak ada rindu yang lebih indah daripada rindu padaNya.
No comments:
Post a Comment