Kritik dalam
pengertiannya yang tajam disebut penghakiman. Sebagai sebuah pertimbangan,
kritik bermaksud untuk meninjau kembali hasil proses kreatif sastrawan dengan teks-teks yang telah dihasilkan. Tinjauan
tersebut yaitu postmodernisme yang menyuarakan semangat melawan, semangat
mempertanyakan dan semangat mendekonstruksi. Postmodernisme melihat sebuah
masyarakat yang teratur, rapi, konvensional perlu dipertanyakan kembali
asas-asas keabsahannya. Dalam potsmodernisme, fenomena realis apa pun mesti
dipertanyakan terkait dengan konvensionalitas.
Sejak munculnya
postmodernisme disebut sebagai gerakan di era kapitalisme lanjut, khusunya di
bidang seni pada saat itu, aspek-aspek sentral yang diasosiasikan dengan
postmodernisme dalam seni bertaburan meliputi antara lain pertama, adanya
penghapusan batas antara seni dan kehidupan sehari-hari; kedua ambruknya
pembedaan hierarkis antara kebudayaan populer dan kebudayaan elit; ketiga
ekletisisme stilistik dan empat pencampuran kode.
Aspek yang
pertama adanya penghapusan batas antara seni dan kehidupan sehari-hari yaitu
melihat fenomena sejak zaman klasik. Kita taruh drama—yang sebagai karya
seni—telah mendekonstruksi segala aspek kontinuitas kehidupan sehari-hari.
Seorang perempuan yang memiliki peran sebagai tokoh antagonis atau bertabiat
buruk, jika masuk ke dalam kehidupan sehari-hari wajib dipisahkan. Dalam
karya sastra, misalnya, hilangnya batas-batas yang tegas antara seniman sebagai
pencipta dengan pembaca sebagai penerima, bahkan pengarang dianggap sebagai
anonimitas (tidak ada nama). Dalam karya seni pun telah terjadi pergeseran dari
keseriusan, dari kedalaman ke permukaan, ke permainan. Menurutnya, sehingga
terjadilah sebuah ironi, parodi, interteks, dan pastiche.
Pada
postmodernisme berkecenderungan mengkritik segala sesuatu yang diasosiasikan
dengan modernitas, yaitu pada akumulasi pengalaman peradaban Barat adalah
industrialisasi, urbanisasi, kemajuan teknologi, negara bangsa, dan kehidupan
dalam jalur cepat. Pauline Rosenau (1992) menyebut, posmodernisme merupakan
kritik atas masyarakat modern dan kegagalannya memenuhi janji-janjinya. Dalam
teori postmodernisme mencoba menemukan jalan melalui struktur bahasa, melalui
kekuatan wacana-wacana yang disampaikan dalam teks–dalam hal ini
sastra—tersebut.
Bahasa sebagai
kata yang digunakan untuk menghubungkan dari ujaran ke ujaran, baik secara teks
atau tidak, telah memposisikan dirinya sebagai sesuatu yang signifikan dalam
kajian postmodernisme. Mukarovsky seorang pengikut kelompok formalis, ia
memandang bahwa aspek estetis dihasilkan melalui fungsi puitika bahasa, seperti
deotomatisasi, membuat aneh, penyimpangan, dan pembongkaran norma-norma
lainnya.[1]
Dalam puitika
bahasa yang dimaksud Mukarovsky adalah gaya bahasa serta nada yang dipakai
dalam teks sastra. Aspek ini yang akan menjadi sumbu-sumbu relevansinya dengan
ironi. Ironi sebagai pernyataan yang bertentangan dengan realitas akan melihat
dari pandangan dunia (world view) manakah sebuah peristiwa itu dibentuk;
apakah dari cerita atau dari pembaca. Istilah Jauss, nilai sebuah karya, dari
aspek-aspek estetis yang ditimbulkannya bergantung dari hubungan antara
unsur-unsur karya dengan horison harapan pembaca.[2]
Bagaimana nilai
estetik dalam karya sastra? Umberto Eco (1979: 182-183) memberikan pandangan,
semua bidang dapat dikenal sebagai kode sejauh mengungkapkan fungsi estetik
setiap unsurnya. Kode atau tanda memiliki konteks, setiap konteks juga memiliki
sosiokultural. Salah satunya Cerpen Dodolitdodolitdodolibret karya Seno
Gumira Ajidarma memiliki sosiokultural sufisme. Dalam dunia sufi hal yang
dikenal adalah dunia pencapaian tentang diri seorang hamba kepada Tuhannya.
Proses ini dinamakan spiritualitas sebagai jalan penghambaan. Dinamika kesufian
atau sebuah istilah yang lebih tepat mengenai cerpen Seno yaitu parodi dan
sebuah cerita tentang seseorang yang ingin berjalan di atas air.
[2] Suminto A. Sayuti, Teks Sastra; Komunikasi dan
Resepsi, (Diktat 2008), hlm. 47. Hans Robert Jauss memperlakukan resepsi
sastra dari sejarah resepsi hingga pengalaman estetik.
Daftar Pustaka
Sarup, Madan. 2003. Posstrukturalisme dan
Posmodernisme. Jendela: Yogyakarta.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1990. Teori
Kesusastraan. Gramedia: Jakarta.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2012. Beberapa Teori
Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Cerpen Pilihan Kompas 2010. 2011. Dodolitdodolitdodolibret.
Buku Kompas: Jakarta.
Teeuw, A. 1984. Sastera dan Ilmu Sastera.
Pustaka Jaya: Jakarta.
No comments:
Post a Comment