Laman

Friday, April 5, 2013

Gangguan Kejiwaan yang dialami Tokoh Ningsih dalam Cerpen Sepatu Hitam karya Asmadji As Muchtar


       Berbicara tentang psikologi karya sastra, hal utama yang menjadi fokus perhatianya adalah tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan dalam karya sastra. Salah satunya adalah aspek kejiwaan atau lebih tepatnya ganguan kejiwaan yang dialami tokoh dalam karya fiksi (cerpen dan novel). Tidak hanya di dunia nyata, di dalam karya sastra pun banyak dijumpai kasus-kasus gangguan kejiwaan. Misalnya saja dalam cerpen Sepatu Hitam karya Asmadji As Muchtar, yang nyata-nyata menunjukan bahwa tokoh utama dalam cerpen ini (Ningsih) mengalami gangguan kejiwaan. Seberapa jauhkah ganguan kejiwaan yang dialami tokoh utama dalam Cerpen Sepatu Hitam ini?
      Gangguan kejiwaan beragam macamnya, ada yang sederhana, hingga yang kronis. Namun, setidaknya ada tiga hal yang ingin saya bicarakan tentang gangguan-gangguan kejiwaaan yang dialami tokoh utama dalam Cerpen Sepatu Hitam ini. Pertama, apa saja gangguan kejiwaan yang dialami Ningsih. Kedua, mengenai penyebab terjadinya ganguan kejiwaan yang dialami Ningsih. Ketiga, dampak yang ditimbulakan dari gangguan kejiwaan yang dialami Ningsih.
          Gangguan kejiwaan adalah sesuatu hal psikis yang menyebabkan proses kelangsungan hidup manusia tidak berjalan semestinya, atau terjadi ketidakseimbangan jiwa yang mengakibatkan ketidaknormalan sikap tingkah laku manusia. Gangguan kejiwaan banyak macamnya, untuk itu, hal pertama yang ingin saya bicarakan di sini adalah apa saja gangguan kejiwaan yang di alami tokoh Ningsih.
            Ningsih adalah seorang gadis sebatang kara. Saat usianya baru 4 tahun ia harus menyaksikan Ayah dan Ibunya tewas akibat peristiwa mengerikan yang terjadi selama Oktober 1965. Ayah Ibunya dibantai oleh orang-orang bersepatu hitam, dengan dalih pemberantasan antek-antek PKI. Padahal kenyataanya orang tua Ningsih hanyalah seorang petani buta huruf, ia terserempet dengan PKI hanya karena pernah menghadiri pelantikan pengurus ranting PKI. Hanya sekedar menghadiri bukan menjadi anggota. Sejak orang tuanya meninggal ia hidup bersama Neneknya, namun saat usianya menginjak remaja neneknya wafat, kemudian ia bertahan hidup sebatang kara dalam bayang-bayang peristiwa pembantaian Ayah Ibunya dengan menyewakan sawah warisan.
            Dari peristiwa-peristiwa tersebut saya akan mencermati gangguan kejiwaan yang dialami oleh Ningsih. Pertama trauma serta sakit ingatan kronis. Trauma dapat dialami oleh siapa saja, apalagi jika sesorang pernah mengalami peristiwa yang “dahsyat” dan tidak menyenangkan. Akibat yang ditimbulkan dari peristiwa tersebut akan berdampak pada trauma seseorang terhadap peristiwa atau kejidan tertentu. Sehingga jika seseorang mengalami peristiwa itu kembali, atau paling tidak bersinggungan pada hal-hal yang mendukung peristiwa tersebut akan menggangu kondisi kejiwaan seseorang, ia akan ketakutan bahkan menggoncang jiwanya (mengalami traumatis). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, trauma adalah keadaan jiwa atau tingkah laku yang tidak normal sebagai akibat dari tekanan jiwa atau cidera jasmani.
            Kondisi trauma Ningsih dapat kita lihat pada kutipan berikut ini:

         Tak mungkin Ningsih melupakan peristiwa-peristiwa mengerikan yang terjadi selama Oktober 1965. Saat itu, Ningsih masih kecil, baru berumur 4 Tahun, tapi sudah menyaksikan ayah ibunya dibantai karena dituduh antek Partai Komunis Indonesia(PKI). ...... .
            Semua tetangga, yang sebaya dengan Ningsih, juga sama-sama mengidap trauma, selalu tercekam kenangan mengerikan, karena ayah ibu mereka juga dibantai pada bulan Oktober 1965. Mereka hidup tak jauh berbeda dengan Ningsih. Begitulah hidup dalam bayang-bayang kenangan mengerikan tentang pembantaian ayah ibunyayang pernah disaksikanya, membuat Ningsih sakit ingatan kronis. ... (Muchtar, Sepatu Hitam)

          Dari kutipan-kutipan di atas dapat diketahui bahwasanya Ningsih menderita Trauma hingga menyebabkan sakit ingatan yang kronis. Sesuai dengan definisi trauma, bahwasanya keadaan jiwa dan tingkah laku Ningsih (bukan hanya Ningsih saja, bahkan tetangga sebayanya juga) tidak normal karena tekanan jiwa yang dialaminya akibat peristiwa dahsyat (menyaksikan pembantaian ayah dan ibu).
         Gangguan kejiwaan lainya adalah fobia, fobia dalam KBBI adalah ketakutan yang sangat berlebihan terhadap benda atau keadaan tertentu yang dapat mengahmbat kehidupan penderitanya. Fobia Ningsih ini dapat kita lihat pada kutipan berikut ini ketika ia didatangi panitia Pemilu Desa yang mengenakan sepatu hitam:

     Dengan menggigil ketakutan, Ningsih menggelengkan kepala. Matanya nanar memandangi sepatu hitam yang dipakai panitia Pemilu itu. Sekilas bayang-bayang kenangan mengerikan itu mencekam hati Ningsih. ... (Muchtar, Sepatu Hitam)

       Dari kutipan di atas terlihat jelas bahwa ningsih mengalami phobia terhadap orang bersepatu hitam, ia ketakutan melihatnya, sehingga membuat dirinya teringat tentang peristiwa mengerikan itu (pembantaian ayah ibunya).
            Ganguan jiwa yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan hidup manusia tentu mempunyai sebab, dalam hal ini masalah selanjutanya yang akan saya bahas adalah penyebab terjadinya gangguan kejiwaan yang dialami tokoh Ningsih. Dari analisa di atas Ningsih menderiata trauma dan fobia.
            Pertama trauma, seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa trauma ini akibat dari peristiwa dahsyat yang dialami seseorang, sehingga ketika bersinggungan dengan hal-hal tersebut jiwanya akan terganggu. Dalam hal ini penyebab trauma Ningsih adalah; ia menyaksikaan secara langsung peristiwa pembantaian orang tuanya. Perhatikan kutipan berikut ini:

          Malam itu di teras depan, Ningsih yang dibopong neneknya begitu jelas menyaksikan kasus pembantaian ayah-ibunya di halaman rumah. Di bawah remang bulan, Ayah Ibunya dipancung dengan pedang. Kepala ayah dan ibunya terpenggal, jatuh di atas tanah, sebelum kemudian tubuh-tubuh yang tanpa kepala itu ambruk bersimbah darah (Muchtar, Sepatu Hitam).

         Dari kutipan diatas menunjukan bahwasanya Ningsih menyaksikan peristiwa dahsyat pembantaian ayah dan ibunya, walaupun pada saat itu usianya baru 4 tahun tetapi justru hal itu sangat membekas di ingatnya, sehingga mengganggu keseimbangan hidup Ningsih hingga dewasa.
            Gangguan selanjutnya yaitu fobia, Ningsih fobia terhadap sepatu hitam, penyebab fobia yang dialami Ningsih karena ia menyaksikan orang-orang yang membantai Ayah Ibunya mengunakan sepatu hitam. Perhatikan kutipan berikut ini:

            Tanpa bicara lagi, orang-orang bersepatu hitam itu kemudian menggelandang ayah dan ibunya menuju ke halaman depan. ... (Muctar, Sepatu Hitam)

              Dari kutipan d iatas dapat dihubungkan bahwasanya Ningsih menderita fobia karena orang-orang bersepatu hitam lah yang telah membunuh Ayah Ibunya, sehingga jika ia bertemu dengan orang-orang yang bersepatu hitam akan mengingatkannya pada peristiwa pembantaian itu. Hal itu juga yang menyebabkan trauma yang akut pada Ningsih.
            Penyebab fobia paling banyak adalah peristiwa traumatis, terutama yang terjadi di masa kecil. Pada masa kecil pikiran logis kita belum berkembang, jadi banyak kejadian yang kita tanggapi secara emosional sampai menimbulkan trauma dan kemudian muncul sebagai fobia (www.hypnosis45.com/fobia.html). 
             Dari uraian tentang penyebab fobia ini dapat disimpulkan bahwasanya erat kaitanya fobia dengan trauma, dalam artian traumatis akibat peristiwa pada masa kecil Ningsih (menyaksikan Ayah Ibunya dibantai oleh orang-orang bersepatu hitam) mengakibatkan Ningsih mengalami fobia terhadap orang bersepatu hitam. Semua itu dari manifestasi emosional akibat peristiwa dahsyat di masa kecil.
            Gangguan kejiwaan ini tentu mempunyai dampak yang signifikan terhadap seseorang. Untuk itu hal terakhir yang akan saya bahas adalah tentang dampak gangguan kejiwaan pada pola hidup manusia, dalam hal ini pola kehidupan Ningsih pasca mengalami gangguan tersebut.
            Sejak mengalmi peristiwa dahsyat itu kehidupan Ningsih tidak tenang, ia sering ketakutan, wajahnya pucat, tubuhnya menggigil, sakit ingatan, tiap kali melihat orang bersepatu hitam (ia mengalami traumatis yang mengakibtkanya fobia). Bahkan sejak kecil ia harus meninggalkan bangku sekolah karena takut dengan guru-guruya yang bersepatu hitam. Selain itu ia tidak bisa menjalankan kwajibanya sebagai warga negara (mengikuti Pemilu) karena takut terhadap panitia Pemilu yang bersepatu hitam. Bahkan oleh panitia Pemilu Ningsih dianggapnya tidak waras.
            Gangguan kejiwaan itu nyata-nyata menggangu proses kelangsungan hidup Ningsih sehingga tidak berjalan semestinya, atau terjadi ketidakseimbangan jiwa yang mengakibatkan ketidaknormalan sikap tingkah lakunya.
            Drai uraian-uraian di atas dapat disimpulakan bahwa Ningsih menderita Traumatis sehingga menjadikan dirinya fobia terhadap orang bersepatu hitam. Semua itu akibat Ningsing menyaksikan peristiwa pembantaian orang tuanya yang dianggap antek PKI. Sangat nyata bahwa gangguan psikis Ningsih sangat menyulitkan kelangsungan hidupnya.

No comments:

Post a Comment