Berbicara tentang psikologi karya sastra, hal utama yang
menjadi fokus perhatianya adalah tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan
dalam karya sastra. Salah satunya adalah aspek kejiwaan atau lebih tepatnya
ganguan kejiwaan yang dialami tokoh dalam karya fiksi (cerpen dan novel). Tidak
hanya di dunia nyata, di dalam karya sastra pun banyak dijumpai kasus-kasus
gangguan kejiwaan. Misalnya saja dalam cerpen Sepatu Hitam karya Asmadji As Muchtar, yang nyata-nyata menunjukan
bahwa tokoh utama dalam cerpen ini (Ningsih) mengalami gangguan kejiwaan. Seberapa
jauhkah ganguan kejiwaan yang dialami tokoh utama dalam Cerpen Sepatu Hitam ini?
Gangguan
kejiwaan beragam macamnya, ada yang sederhana, hingga yang kronis. Namun, setidaknya
ada tiga hal yang ingin saya bicarakan tentang gangguan-gangguan kejiwaaan yang
dialami tokoh utama dalam Cerpen Sepatu
Hitam ini. Pertama, apa saja gangguan kejiwaan yang dialami Ningsih. Kedua,
mengenai penyebab terjadinya ganguan kejiwaan yang dialami Ningsih. Ketiga,
dampak yang ditimbulakan dari gangguan kejiwaan yang dialami Ningsih.
Gangguan
kejiwaan adalah sesuatu hal psikis yang menyebabkan proses kelangsungan hidup
manusia tidak berjalan semestinya, atau terjadi ketidakseimbangan jiwa yang
mengakibatkan ketidaknormalan sikap tingkah laku manusia. Gangguan kejiwaan
banyak macamnya, untuk itu, hal pertama yang ingin saya bicarakan di sini
adalah apa saja gangguan kejiwaan yang di alami tokoh Ningsih.
Ningsih
adalah seorang gadis sebatang kara. Saat usianya baru 4 tahun ia harus
menyaksikan Ayah dan Ibunya tewas akibat peristiwa mengerikan yang terjadi
selama Oktober 1965. Ayah Ibunya dibantai oleh orang-orang bersepatu hitam,
dengan dalih pemberantasan antek-antek PKI. Padahal kenyataanya orang tua
Ningsih hanyalah seorang petani buta huruf, ia terserempet dengan PKI hanya
karena pernah menghadiri pelantikan pengurus ranting PKI. Hanya sekedar
menghadiri bukan menjadi anggota. Sejak orang tuanya meninggal ia hidup bersama
Neneknya, namun saat usianya menginjak remaja neneknya wafat, kemudian ia
bertahan hidup sebatang kara dalam bayang-bayang peristiwa pembantaian Ayah
Ibunya dengan menyewakan sawah warisan.
Dari
peristiwa-peristiwa tersebut saya akan mencermati gangguan kejiwaan yang
dialami oleh Ningsih. Pertama trauma serta sakit ingatan kronis. Trauma dapat
dialami oleh siapa saja, apalagi jika sesorang pernah mengalami peristiwa yang
“dahsyat” dan tidak menyenangkan. Akibat yang ditimbulkan dari peristiwa
tersebut akan berdampak pada trauma seseorang terhadap peristiwa atau kejidan
tertentu. Sehingga jika seseorang mengalami peristiwa itu kembali, atau paling
tidak bersinggungan pada hal-hal yang mendukung peristiwa tersebut akan
menggangu kondisi kejiwaan seseorang, ia akan ketakutan bahkan menggoncang jiwanya
(mengalami traumatis). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, trauma adalah
keadaan jiwa atau tingkah laku yang tidak normal sebagai akibat dari tekanan
jiwa atau cidera jasmani.
Kondisi
trauma Ningsih dapat kita lihat pada kutipan berikut ini:
Tak mungkin
Ningsih melupakan peristiwa-peristiwa mengerikan yang terjadi selama Oktober
1965. Saat itu, Ningsih masih kecil, baru berumur 4 Tahun, tapi sudah
menyaksikan ayah ibunya dibantai karena dituduh antek Partai Komunis
Indonesia(PKI). ...... .
Semua
tetangga, yang sebaya dengan Ningsih, juga sama-sama mengidap trauma, selalu
tercekam kenangan mengerikan, karena ayah ibu mereka juga dibantai pada bulan
Oktober 1965. Mereka hidup tak jauh berbeda dengan Ningsih. Begitulah hidup dalam bayang-bayang kenangan mengerikan
tentang pembantaian ayah ibunyayang pernah disaksikanya, membuat Ningsih sakit
ingatan kronis. ... (Muchtar, Sepatu
Hitam)
Dari kutipan-kutipan di atas dapat
diketahui bahwasanya Ningsih menderita Trauma hingga menyebabkan sakit ingatan
yang kronis. Sesuai dengan definisi trauma, bahwasanya keadaan jiwa dan tingkah
laku Ningsih (bukan hanya Ningsih saja, bahkan tetangga sebayanya juga) tidak
normal karena tekanan jiwa yang dialaminya akibat peristiwa dahsyat (menyaksikan
pembantaian ayah dan ibu).
Gangguan
kejiwaan lainya adalah fobia, fobia dalam KBBI adalah ketakutan yang sangat
berlebihan terhadap benda atau keadaan tertentu yang dapat mengahmbat kehidupan
penderitanya. Fobia Ningsih ini dapat kita lihat pada kutipan berikut ini
ketika ia didatangi panitia Pemilu Desa yang mengenakan sepatu hitam:
Dengan
menggigil ketakutan, Ningsih menggelengkan kepala. Matanya nanar memandangi
sepatu hitam yang dipakai panitia Pemilu itu. Sekilas bayang-bayang kenangan
mengerikan itu mencekam hati Ningsih. ... (Muchtar, Sepatu Hitam)
Dari kutipan di atas terlihat jelas bahwa ningsih mengalami
phobia terhadap orang bersepatu hitam, ia ketakutan melihatnya, sehingga
membuat dirinya teringat tentang peristiwa mengerikan itu (pembantaian ayah
ibunya).
Ganguan
jiwa yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan hidup manusia tentu
mempunyai sebab, dalam hal ini masalah selanjutanya yang akan saya bahas adalah
penyebab terjadinya gangguan kejiwaan yang dialami tokoh Ningsih. Dari analisa
di atas Ningsih menderiata trauma dan fobia.
Pertama
trauma, seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa trauma ini akibat dari
peristiwa dahsyat yang dialami seseorang, sehingga ketika bersinggungan dengan
hal-hal tersebut jiwanya akan terganggu. Dalam hal ini penyebab trauma Ningsih
adalah; ia menyaksikaan secara langsung peristiwa pembantaian orang tuanya.
Perhatikan kutipan berikut ini:
Malam itu
di teras depan, Ningsih yang dibopong neneknya begitu jelas menyaksikan kasus
pembantaian ayah-ibunya di halaman rumah. Di bawah remang bulan, Ayah Ibunya
dipancung dengan pedang. Kepala ayah dan ibunya terpenggal, jatuh di atas
tanah, sebelum kemudian tubuh-tubuh yang tanpa kepala itu ambruk bersimbah
darah (Muchtar, Sepatu Hitam).
Dari kutipan diatas menunjukan bahwasanya Ningsih
menyaksikan peristiwa dahsyat pembantaian ayah dan ibunya, walaupun pada saat
itu usianya baru 4 tahun tetapi justru hal itu sangat membekas di ingatnya,
sehingga mengganggu keseimbangan hidup Ningsih hingga dewasa.
Gangguan
selanjutnya yaitu fobia, Ningsih fobia terhadap sepatu hitam, penyebab fobia
yang dialami Ningsih karena ia menyaksikan orang-orang yang membantai Ayah
Ibunya mengunakan sepatu hitam. Perhatikan kutipan berikut ini:
Tanpa
bicara lagi, orang-orang bersepatu hitam itu kemudian menggelandang ayah dan
ibunya menuju ke halaman depan. ... (Muctar, Sepatu Hitam)
Dari kutipan d iatas dapat dihubungkan bahwasanya Ningsih
menderita fobia karena orang-orang bersepatu hitam lah yang telah membunuh Ayah
Ibunya, sehingga jika ia bertemu dengan orang-orang yang bersepatu hitam akan
mengingatkannya pada peristiwa pembantaian itu. Hal itu juga yang menyebabkan
trauma yang akut pada Ningsih.
Penyebab
fobia paling banyak adalah peristiwa traumatis, terutama yang terjadi di masa
kecil. Pada masa kecil pikiran logis kita belum berkembang, jadi banyak
kejadian yang kita tanggapi secara emosional sampai menimbulkan trauma dan
kemudian muncul sebagai fobia (www.hypnosis45.com/fobia.html).
Dari uraian tentang penyebab fobia
ini dapat disimpulkan bahwasanya erat kaitanya fobia dengan trauma, dalam
artian traumatis akibat peristiwa pada masa kecil Ningsih (menyaksikan Ayah
Ibunya dibantai oleh orang-orang bersepatu hitam) mengakibatkan Ningsih
mengalami fobia terhadap orang bersepatu hitam. Semua itu dari manifestasi
emosional akibat peristiwa dahsyat di masa kecil.
Gangguan
kejiwaan ini tentu mempunyai dampak yang signifikan terhadap seseorang. Untuk
itu hal terakhir yang akan saya bahas adalah tentang dampak gangguan kejiwaan
pada pola hidup manusia, dalam hal ini pola kehidupan Ningsih pasca mengalami
gangguan tersebut.
Sejak mengalmi
peristiwa dahsyat itu kehidupan Ningsih tidak tenang, ia sering ketakutan,
wajahnya pucat, tubuhnya menggigil, sakit ingatan, tiap kali melihat orang
bersepatu hitam (ia mengalami traumatis yang mengakibtkanya fobia). Bahkan
sejak kecil ia harus meninggalkan bangku sekolah karena takut dengan
guru-guruya yang bersepatu hitam. Selain itu ia tidak bisa menjalankan
kwajibanya sebagai warga negara (mengikuti Pemilu) karena takut terhadap
panitia Pemilu yang bersepatu hitam. Bahkan oleh panitia Pemilu Ningsih
dianggapnya tidak waras.
Gangguan
kejiwaan itu nyata-nyata menggangu proses kelangsungan hidup Ningsih sehingga
tidak berjalan semestinya, atau terjadi ketidakseimbangan jiwa yang
mengakibatkan ketidaknormalan sikap tingkah lakunya.
Drai
uraian-uraian di atas dapat disimpulakan bahwa Ningsih menderita Traumatis
sehingga menjadikan dirinya fobia terhadap orang bersepatu hitam. Semua itu akibat
Ningsing menyaksikan peristiwa pembantaian orang tuanya yang dianggap antek
PKI. Sangat nyata bahwa gangguan psikis Ningsih sangat menyulitkan kelangsungan
hidupnya.
No comments:
Post a Comment